Posted by Blogger Name. Category:
cerpen Islami
Penulis : livia ervita
Kemilau langit di senja hari mumbuat mata tertegun melihatnya.
Kicauan burung pun menandakan jika ia telah kembali ke sarang
masing-masing.
“baiklah anak-anak sampai di sini dulu perjumpaan kita. Ibu akhiri, assalamu’alaikum wr.Wb.”
Ucap seorang gadis seumuran seumuran sma yang berkata kepada anak didiknya.
“wa’alaikum salam wr.Wb.”
Serentak murid-murid tpq itu menjawab salam sang ustadzah. Mereka membereskan buku dan berbaris untuk salim dan salam.
“baiklah anak-anak sampai di sini dulu perjumpaan kita. Ibu akhiri, assalamu’alaikum wr.Wb.”
Ucap seorang gadis seumuran seumuran sma yang berkata kepada anak didiknya.
“wa’alaikum salam wr.Wb.”
Serentak murid-murid tpq itu menjawab salam sang ustadzah. Mereka membereskan buku dan berbaris untuk salim dan salam.
Ustadzah dari tpq bukanlah ustazah yang sudah dewasa dan berkeluarga.
Namun seorang gadis yang berumuran 16 tahun. Dengan penampilannya yang
tak seperti gadis pada umumnya, membuat ustazah ini dipandang kuno oleh
teman-temannya. Bangaimana tidak? Setiap ia berpakaian busana muslimah
dan menutup seluruh anggota badan. Kecuali telapak tangan dan kedua bola
matanya.
Malam hari seperti biasanya, gadis yang akrab dipanggil aisyah ini
meletakkan tangannya di depan jendela kamarnya. Wajahnya sadari tadi
menghadap ke langit yang bertaburan ribuan bintang dan…
“kreet…” bunyi pintu kamarnya terbuka sontak aisyah langsung memalingakan wajahnya ke arah pintu tersebut. Di sana sudah berdiri seorang gadis sebanyanya sedang tersenyum.
“aisyah! Besok kamu ikut ya ke pesisir pantai” ucap gadis itu yang ternyata adalah aurel. Dia adalah sahabat dekat aisyah. Penampilanya tidak begitu tertutup. Ia berpakaian rok mekar sampai menutupi mata kakinya. Lengan baju hanya sampai sikunya. Dan rambut aurel dikuncir satu laksana mirip ekor kuda.
“hm… Buat apa aku kesana rel?”. Tanya aisyah.
“ya… Kamu bisa refresh otak kamu dan bisa bermain dengan alam” jawab aurel dengan meyakinkan asyah.
“aku bisa refresh otak ku dengan membaca lantunan ayat suci al-qur’an, dan barkunjung ke masjid jika ingin bermain dengan alam,” ucap aisyah dengan panjang lebar.
“iya sih… Tapi kamu ikut dong aku besok. Please!” pinta aurel dengan menunjukkan raut muka yang penuh permohonan.
“ya sobat ku!.” terang aisyah yang menerima ajakan aurel
Girang aurel dengan memeluk aisyah.
“kreet…” bunyi pintu kamarnya terbuka sontak aisyah langsung memalingakan wajahnya ke arah pintu tersebut. Di sana sudah berdiri seorang gadis sebanyanya sedang tersenyum.
“aisyah! Besok kamu ikut ya ke pesisir pantai” ucap gadis itu yang ternyata adalah aurel. Dia adalah sahabat dekat aisyah. Penampilanya tidak begitu tertutup. Ia berpakaian rok mekar sampai menutupi mata kakinya. Lengan baju hanya sampai sikunya. Dan rambut aurel dikuncir satu laksana mirip ekor kuda.
“hm… Buat apa aku kesana rel?”. Tanya aisyah.
“ya… Kamu bisa refresh otak kamu dan bisa bermain dengan alam” jawab aurel dengan meyakinkan asyah.
“aku bisa refresh otak ku dengan membaca lantunan ayat suci al-qur’an, dan barkunjung ke masjid jika ingin bermain dengan alam,” ucap aisyah dengan panjang lebar.
“iya sih… Tapi kamu ikut dong aku besok. Please!” pinta aurel dengan menunjukkan raut muka yang penuh permohonan.
“ya sobat ku!.” terang aisyah yang menerima ajakan aurel
Girang aurel dengan memeluk aisyah.
Keesokan harinya adalah waktu keberangkatan menuju pantai. Aisyah
berpakaian jubah coklat tua dengan motif bunga bercorak ungu. Jilbabnya
yang berwarna coklat muda membuat kesan menarik. Tak lupa ia
“sedangkan aurel dengan rok mekarnya yang meliputi mata kakinya, rok itu
berwarna merah menyala, barpasangan dengan baju feminim merah mudanya.
Rambutnya terurai hingga meliputi pinggangnya.
“ayo syah, kita berangkat!” ucap aurel
“ya!” sangkat aisyah.
“ayo syah, kita berangkat!” ucap aurel
“ya!” sangkat aisyah.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka membeli tiket dan memasuki
kawasan tersebut. Angin di pagi hari dan udara yang begitu sejuk dengan
menemani ke dua insan tuhan yang berjalan-jalan di atas pasir pantai
ini.
“aisyah! Kita beli minuman dulu yuk!.”
Ajak aurel yang tengah kehausan
“boleh!” terang aisyah.
“aisyah! Kita beli minuman dulu yuk!.”
Ajak aurel yang tengah kehausan
“boleh!” terang aisyah.
Ketika hendak membeli minum, mereka berdua lewat di depan gerombolan
geng yang jauh dari norma agama. Ketuanya walaupun berparas elok, ia
memakai anting dan beberapa tindik di bibir dan hidungnya.
“hai nona manis!.” ucap anak buahnya sambil menggoda aurel.
“apa lho lihat-lihat?! Lo mau gue timpuk pake sandal ini!” jawab aurel sambil memegang sandal yang hendak menghantamkan kepada pria di sana.
“sudah rel! Jangan diladenin!,” pinta aisyah sambil berteriak.
Hal itu menyebabkan ketua genk berdiri dan berada di hadapan aisyah.
“masih saja ada orang katrok di zaman modern seperti ini!” sindir ketua genk tersebut.
“apa urusannya sama lho?!” bentak aurel
“eh lho diem ya! Gue lagi ngomong sama wanita bercadar kayak ninja ini. Hahahaha… Tertawanya yang lantang dan begitu puas.
“heh! Lho itu pantasnya pakai pakaian yang seperti gadis di sana itu!,” tambah ketua genk sambil menunjuk ke arah gadis yang berpakaian ketat yang membuka paha dan tidak menutupi aurat.
Pelupuk mata aisyah kemudian berkaca-kaca dan menjawab ocehan ketua genk tersebut.
“asal anda tahu, di zaman dulu mnusia hanya menutupi sebagian tubuhnya. Dan kini saya telah mencapai kepada puncak modernisasi, saya telah menutupi semua aurat saya. Jika keterbukaan aurat yang menjadi kemajuan untuk saat ini, maka binatanglah yang paling maju!,” jelas aisyah panjang lebar.
Aisyah lalu kembali ke tepi pantai sambil menarik tangan aurel.
“dengan jawaban yang ia lontarkan tadi, membuat aku makin penasaran padanya,” batin ketua genk itu.
“hai nona manis!.” ucap anak buahnya sambil menggoda aurel.
“apa lho lihat-lihat?! Lo mau gue timpuk pake sandal ini!” jawab aurel sambil memegang sandal yang hendak menghantamkan kepada pria di sana.
“sudah rel! Jangan diladenin!,” pinta aisyah sambil berteriak.
Hal itu menyebabkan ketua genk berdiri dan berada di hadapan aisyah.
“masih saja ada orang katrok di zaman modern seperti ini!” sindir ketua genk tersebut.
“apa urusannya sama lho?!” bentak aurel
“eh lho diem ya! Gue lagi ngomong sama wanita bercadar kayak ninja ini. Hahahaha… Tertawanya yang lantang dan begitu puas.
“heh! Lho itu pantasnya pakai pakaian yang seperti gadis di sana itu!,” tambah ketua genk sambil menunjuk ke arah gadis yang berpakaian ketat yang membuka paha dan tidak menutupi aurat.
Pelupuk mata aisyah kemudian berkaca-kaca dan menjawab ocehan ketua genk tersebut.
“asal anda tahu, di zaman dulu mnusia hanya menutupi sebagian tubuhnya. Dan kini saya telah mencapai kepada puncak modernisasi, saya telah menutupi semua aurat saya. Jika keterbukaan aurat yang menjadi kemajuan untuk saat ini, maka binatanglah yang paling maju!,” jelas aisyah panjang lebar.
Aisyah lalu kembali ke tepi pantai sambil menarik tangan aurel.
“dengan jawaban yang ia lontarkan tadi, membuat aku makin penasaran padanya,” batin ketua genk itu.
Debur ombak disaat itu menjadikan pemadangan yang begitu menakjubkan.
“syah! Kamu harus kuat ya mejalani hidup. Walau pun dengan pakaian seperti itu.,” hibur aurel, karena sedari tadi aisyah hanya terdiam lesu.
“kamu lihat itu rel?” ucap aisyah sambil menunjuk sebuah benda yang hanya dibawa ombak.
“ya. Lihat `itu hanya sebuah botol bekas,” jawab aurel
Aisyah menghela nafas, kemudian memandang aurel.
“aku ingin hidup seperti botol bekas yang berada di lautan,” ucap aisyah.
“maksudnya?” tanya aurel yang tidak mengerti.
Aisyah mempalingkan wajahnya dan menatap botol itu kembali.
“botol itu terus mengikuti arus ombak yang berjalan. Walaupun badai begitu besar, dia bisa menghadapinya. Ia tetap berada di atas permukaan air dan tidak pernah tenggelam ke dasar laut. Ia percaya pada suatu saat, takdir akan membawanya terdampar di sebuah pulau,” jelas aisyah.
“aku mengerti maksud mu. Aku juga ingin seperti botol itu, yang ringan tanpa beban. Ringan hati dan terus bersabar. Tidak seperti batu yang selalu tenggelam. Yang memiliki perasaan dendam begitu berat,” sambung aurel.
Semilir angin disaat itu membuat rambut berterbangan. Aisyah pun menyelipkan rambut aurel ke telinganya.
“aurel walau pun aku sering memekai cadar ungu ini, bukan berarti aku ketinggalan zaman. Aku hanya ingin menjadi pribadi yang baik di mata tuhan,” terang aisyah.
“ayo kita pulang!” ajak aurel
“ku tau, ku tak mau menambah duka mu” tambahnya.
“syah! Kamu harus kuat ya mejalani hidup. Walau pun dengan pakaian seperti itu.,” hibur aurel, karena sedari tadi aisyah hanya terdiam lesu.
“kamu lihat itu rel?” ucap aisyah sambil menunjuk sebuah benda yang hanya dibawa ombak.
“ya. Lihat `itu hanya sebuah botol bekas,” jawab aurel
Aisyah menghela nafas, kemudian memandang aurel.
“aku ingin hidup seperti botol bekas yang berada di lautan,” ucap aisyah.
“maksudnya?” tanya aurel yang tidak mengerti.
Aisyah mempalingkan wajahnya dan menatap botol itu kembali.
“botol itu terus mengikuti arus ombak yang berjalan. Walaupun badai begitu besar, dia bisa menghadapinya. Ia tetap berada di atas permukaan air dan tidak pernah tenggelam ke dasar laut. Ia percaya pada suatu saat, takdir akan membawanya terdampar di sebuah pulau,” jelas aisyah.
“aku mengerti maksud mu. Aku juga ingin seperti botol itu, yang ringan tanpa beban. Ringan hati dan terus bersabar. Tidak seperti batu yang selalu tenggelam. Yang memiliki perasaan dendam begitu berat,” sambung aurel.
Semilir angin disaat itu membuat rambut berterbangan. Aisyah pun menyelipkan rambut aurel ke telinganya.
“aurel walau pun aku sering memekai cadar ungu ini, bukan berarti aku ketinggalan zaman. Aku hanya ingin menjadi pribadi yang baik di mata tuhan,” terang aisyah.
“ayo kita pulang!” ajak aurel
“ku tau, ku tak mau menambah duka mu” tambahnya.
Sore harinya, aisyah seperti biasa, mengajar murid-murid tpq. Tanpa
di sadari, ada seorang sedari tadi mengintip aisyah. Ketika selesai
mengajar, aisyah melewati jalan yang biasa ia lewatinya. Tak disangka,
seseorang menarik cadar ungunya dari belakang.
Seketika wajah aisyah begitu tampak nyata ketika menghadap seseorang itu. Hidung mancungnya yang menawan, bibir mungilnya yang indah, pipinya berwarna merah delima, serta kulitnya putih berseri. Seseorang itu adalah ketua genk yang telah menggangunya.
“buset dah! Cantik banget ni cewek! Bikin gue deg-degan dengan kayak gini!,” batin pria itu.
“lancang sekali anda merampas cadar saya!,” bentak aisyah.
“eits! Tunggu! Jangan marah dulu. Perkenalkan nama gue fathan.”
Terang ketua genk itu yang ternyata bernama fathan.
“nama anda begitu bagus, tapi tak sebanding dengan pakaian dan akhlak anda!,” tutur aisyah.
“oh ya! Nama kamu sambil menyodongkan tangannya. Siapa?,” tanya fathan sambil menyodorkan tangannya.
“nama ku aisyah! Buat apa kamu menemuiku? Tanya balik aisyah tanpa membalas dengan berjabat tangan dengan yang bukan muhrimnya.
“aku ingin belajar tentang agama pada mu, karna ku tau, ilmu yang baik datang dari orang yang seperti mu!,” jelas farhan
Aisyah melangkah kakinya sedikit demi sedikit menuju masjid, dan farhan menyusulnya.
“jika kamu benar-benar ingin belajar tentang agama, niatkan lillahi ta’alabukan karena aku. Karena aku pun hanya manusia yang jauh dari kata sempurna,” jawab aisyah.
“oh ya, nih cadar kamu!,” ucap farhan sambil memberi cadar aisyah.
“sebelum kamu memulai sesuatu, ku mohon, buka seluruh tindik yang ada di wajah dan anggota tubuh mu!” pinta aisyah.
Farhan hanya menghela nafas.
“ok! Baiklah! Farhan membuka semua tindiknya.
Kemudian aisyah mengajarkan semua tentang sholat, ngaji dan kegiatan kerohanian selanjutnya
Seketika wajah aisyah begitu tampak nyata ketika menghadap seseorang itu. Hidung mancungnya yang menawan, bibir mungilnya yang indah, pipinya berwarna merah delima, serta kulitnya putih berseri. Seseorang itu adalah ketua genk yang telah menggangunya.
“buset dah! Cantik banget ni cewek! Bikin gue deg-degan dengan kayak gini!,” batin pria itu.
“lancang sekali anda merampas cadar saya!,” bentak aisyah.
“eits! Tunggu! Jangan marah dulu. Perkenalkan nama gue fathan.”
Terang ketua genk itu yang ternyata bernama fathan.
“nama anda begitu bagus, tapi tak sebanding dengan pakaian dan akhlak anda!,” tutur aisyah.
“oh ya! Nama kamu sambil menyodongkan tangannya. Siapa?,” tanya fathan sambil menyodorkan tangannya.
“nama ku aisyah! Buat apa kamu menemuiku? Tanya balik aisyah tanpa membalas dengan berjabat tangan dengan yang bukan muhrimnya.
“aku ingin belajar tentang agama pada mu, karna ku tau, ilmu yang baik datang dari orang yang seperti mu!,” jelas farhan
Aisyah melangkah kakinya sedikit demi sedikit menuju masjid, dan farhan menyusulnya.
“jika kamu benar-benar ingin belajar tentang agama, niatkan lillahi ta’alabukan karena aku. Karena aku pun hanya manusia yang jauh dari kata sempurna,” jawab aisyah.
“oh ya, nih cadar kamu!,” ucap farhan sambil memberi cadar aisyah.
“sebelum kamu memulai sesuatu, ku mohon, buka seluruh tindik yang ada di wajah dan anggota tubuh mu!” pinta aisyah.
Farhan hanya menghela nafas.
“ok! Baiklah! Farhan membuka semua tindiknya.
Kemudian aisyah mengajarkan semua tentang sholat, ngaji dan kegiatan kerohanian selanjutnya
Bingkaian cadar ungu
Tetesan pena: livia ervita
Dideras tetesan air hujan
Diterik panasnya sang surya
Kau tetap menjadi pribadi yang kuat
Dengan harapan yang penuh do’a
Dideras tetesan air hujan
Diterik panasnya sang surya
Kau tetap menjadi pribadi yang kuat
Dengan harapan yang penuh do’a
Jemari lentikmu membius ku
Tatapan matamu menghipnotis ku
Alunan suaramu meluluhkan ku
Akhlak budi pekertimu menjatuhkan hati ku
Wahai gadis bercadar ungu
Elok wajahmu juga elok kesopanan mu
Di balik bingkaian cadar
Kau semarakkan kepada tuhan
Tatapan matamu menghipnotis ku
Alunan suaramu meluluhkan ku
Akhlak budi pekertimu menjatuhkan hati ku
Wahai gadis bercadar ungu
Elok wajahmu juga elok kesopanan mu
Di balik bingkaian cadar
Kau semarakkan kepada tuhan
Wahai gadis bercadar ungu
Senyummu abadi dalam ka ibu
Ku takut dengan ketidak berdayaan ku
Yang tak pantas bersanding dengan
Bidadari bercadar ungu
Senyummu abadi dalam ka ibu
Ku takut dengan ketidak berdayaan ku
Yang tak pantas bersanding dengan
Bidadari bercadar ungu
0 komentar:
Posting Komentar