Posted by Blogger Name. Category:
cerpen Islami
Penulis : Reni Suryani
Ceria begitu orang memanggilnya. Namanya seperti menggambarkan
kesehariannya yang selalu ceria, walaupun ia hidup sangat sederhana
bahkan bisa di bilang pas-pasan. Ia hidup bersama ibu dan kedua adiknya
yang masih kecil di sebuah rumah yang sangat kecil dan sebenarnya tidak
layak disebut rumah. Meskipun begitu ceria tidak mengeluh dan tidak
kehilangan keceriaan masa kecilnya.
Seperti anak-anak seusianya setiap sore ceria selalu bermain di
lapangan dekat desa tetangga. Karena lelah bermain ceria beristirahat di
bawah pohon yang rindang.
“Wah indah sekali desaku ini, pemandangan dan suasana desa ini tidak akan pernah tergantikan!” bisik ceria dalam hati.
“Wah indah sekali desaku ini, pemandangan dan suasana desa ini tidak akan pernah tergantikan!” bisik ceria dalam hati.
Suara adzan terdengar dari surau yang letaknya tak jauh dari lapangan
tempat ceria bermain. Ceria baru tersadar kalau ia ketiduran di bawah
pohon hingga senja tiba dan ketika matahari telah kembali ke
peraduannya. Ketika ia mau beranjak dari duduknya terdengar suara dari
atas pohon, ceria menghampiri arah datangnya suara itu tapi ketika
dilihat tidak ada apa-apa. Darah ceria terasa berdesir, jantungnya
berdetak kencang.
“aaa…paaa iiituuu hantu pohonnn mangga?!” bisiknya dalam hati.
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memegang pundaknya. Ceria terkejut dan langsung berteriak.
“Han..tuuuu!” Sambil menutup mata.
“hahaha… ceria ini aku hani bukan hantu, aku diminta ibumu untuk mencarimu eh teryata kamu disini sedang apa sih?” Tanya hani heran.
Ceria pun menceritakan apa yang baru ia alami dan suara aneh yang baru didengarnya.
“aaa…paaa iiituuu hantu pohonnn mangga?!” bisiknya dalam hati.
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memegang pundaknya. Ceria terkejut dan langsung berteriak.
“Han..tuuuu!” Sambil menutup mata.
“hahaha… ceria ini aku hani bukan hantu, aku diminta ibumu untuk mencarimu eh teryata kamu disini sedang apa sih?” Tanya hani heran.
Ceria pun menceritakan apa yang baru ia alami dan suara aneh yang baru didengarnya.
“ceria kamu juga mendengarnya? bukan aku mau menakutimu tapi kata
orang sekampung pohon mangga ini pohon keramat ada penunggunya, dan
menurut warga sebulan sekali harus diberi sesajen buah-buahan. Dan
keesokkan harinya pasti ada bekas gigitan pada buah tersebut tanda
penunggu pohon menerima sesajen warga. Selain itu sehabis pulang dari
rumah paman di desa sebelah aku juga mendengar suara dari atas pohon dan
ketika dilihat tidak ada apa-apa persis seperti yang kamu ceritakan”
ucap hani dengan nada suara menyakinkan.
Berhari-hari ceria selalu teringat ucapan hani dan ia menjadi susah tidur. Semakin lama rasa tanyanya semakin menggebu-ngebu.
“apa benar suara yang aku dengar suara hantu? dan kata orang sekampung tentang hantu pohon mangga itu memang ada? Tapi perbuatan warga di kampungku dengan memberi sesajen bukankah perbuatan musyrik dan dilarang oleh agama?”
Berulang kali ceria berusaha menyakinkan hatinya tentang hantu pohon mangga tapi tetap saja logikanya tak dapat menerima.
“mana mungkin orang yang sudah meninggal suka makan buah? Bukankah manusia yang sudah meninggal berada di alam kubur?”
Semakin kuat ceria berusaha melupakan kejadian itu rasa tanyanya semakin besar saja.
“apa benar suara yang aku dengar suara hantu? dan kata orang sekampung tentang hantu pohon mangga itu memang ada? Tapi perbuatan warga di kampungku dengan memberi sesajen bukankah perbuatan musyrik dan dilarang oleh agama?”
Berulang kali ceria berusaha menyakinkan hatinya tentang hantu pohon mangga tapi tetap saja logikanya tak dapat menerima.
“mana mungkin orang yang sudah meninggal suka makan buah? Bukankah manusia yang sudah meninggal berada di alam kubur?”
Semakin kuat ceria berusaha melupakan kejadian itu rasa tanyanya semakin besar saja.
Kemarin siang warga di kampung berbincang-bincang kalau akan
memberikan sesajen pagi ini. Ceria pun memanfaatkan kesempatan ini untuk
tahu siapa sebenarnya yang memakan sesajen selama ini.
Malamnya ceria memberanikan diri untuk pergi ke tempat pohon mangga
yang telah lama di keramatkan oleh warga di kampungnya. Tapi,
sesampainya di tempat yang dituju ia tidak melihat dan mendegar suara
yang aneh dan mendapati sesajen dalam keadaan utuh. Telah lama ceria
bersembunyi di semak-semak dari kejauhan. Tiba-tiba dari atas pohon
mangga terdengar suara persis seperti yang ia dengar dulu dan lagi-lagi
ceria tidak melihat apa-apa. Karena penasaran ceria memberanikan diri
melempar kerikil ke atas pohon sumber suara aneh itu. Dan ternyata dari
atas pohon berterbangan sekumpulan kelelawar dan memakan sesajen
buah-buahan itu.
“ha? Cuma kelelawar!”
Ceria pun tertawa geli
“hahaha.. jadi kata warga kampung hantu penunggu pohon mangga selama ini hanyalah kelelawar. Aduh, betapa bodohnya aku ini percaya pada hal tahayul dan mana mungkin orang yang sudah meninggal suka makan buah.” Ucap ceria sambil berlalu berjalan pulang.
“ha? Cuma kelelawar!”
Ceria pun tertawa geli
“hahaha.. jadi kata warga kampung hantu penunggu pohon mangga selama ini hanyalah kelelawar. Aduh, betapa bodohnya aku ini percaya pada hal tahayul dan mana mungkin orang yang sudah meninggal suka makan buah.” Ucap ceria sambil berlalu berjalan pulang.
Semenjak kejadian itu ceria menceritakan kepada warga kampung kalau
hantu pohon mangga itu hanyalah sekumpulan kelelawar. Dan warga di
kampungnya tak perlu memberi sesajen lagi karena itu adalah perbuatan
musyrik. Berkat ceria kini warga di kampunya menyadari kesalahan mereka
selama ini telah menyekutukan tuhan dan kini warga di kampungnya tidak
takut lagi bila berpergian melewati pohon mangga itu pada malam hari.

0 komentar:
Posting Komentar