Penulis : Rudi Al-Farisi
Seiring
waktu, Diumurnya yang hampir masuk 25 tahun, langkah kehidupan Aldo
perlahan berubah, hari hari yang ia lalui terasa amat pahit. Dulu
hidupnya serba ada, mau apa tinggal beli, kepingin ini itu tinggal minta
uang sama ibunya. Maklum saja, Aldo anak semata wayang. Sekarang, roda
kehidupannya berubah drastis, terbalik diputar tingkah laku ayahnya yang
melakukan sabotase proyek.
Dulunya,
ayah Aldo adalah seorang yang sangat tegas. Dengan memegang prinsip
islami, hidup mereka dipenuhi suasana agamis. Tetapi semenjak perusahaan
milik ayahnya dipercayakan menangani proyek besar tahun itu. Iman
ayahnya mulai goyah. Ayah Aldo sering kali menyabotase urusan proyek
demi meraup keuntungan lebih. Dan naas, akhirnya ketahuan.
Semenjak
ayah Aldo di penjara, perusahaan mereka pun ikut bangkrut. Ironisnya
Aldo tidak pernah sekali pun menjenguk ayahnya dipenjara. Aldo belum
bisa menerima kenyataan. Semua cerita kejadian ini ia dengar dari
ibunya, karena dari kecil, ia tidak mau tahu dari mana datangnya semua
kemewahan itu. Dan yang ia dengar dari ibunya, ayahnya dihukum enam
bulan penjara. Semenjak itulah Aldo yang menjadi tulang punggung
keluarga.
Singkat
cerita, Mulai saat itu, Aldo dan ibunya saling bahu membahu dalam
memenuhi kebutuhan hidup. sebab, harta mereka semuanya ludes disita dan
mereka terpaksa pindah kerumah sewa yang kecil dan sangat sederhana.
Aldo bekerja semrautan. Ibunya terpaksa bekerja jadi pembantu dirumah
teman ayahnya. Dan demi membiayai skripsi kuliahnya. Aldo terpaksa harus
bekerja tambahan di kafe temannya.
Hari demi hari pun berlalu, kuliahnya pun telah selesai. Dan Sifat manja Aldo pun perlahan mulai berubah.
Suatu
ketika, Saat itu Aldo baru pulang kerja dari kafe. Ia lihat jam
ditangannya, sudah jam sepuluh malam, “ibu kok belum pulang ya.” suara
batinnya.
Tiba-tiba. “Tok.tok..tok..“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam..” jawab Aldo.
Ia
lihat, ternyata ibunya. Ibunya pun tersenyum, tapi senyum manis ibunya
itu, tidak bisa menghilangkan guratan kelelahan yang tampak di wajahnya.
“Bu.. Aldo mau ngomong, tapi biar Aldo buatkan teh hangat dulu ya..
“Mau bicarakan apa Do, kok kayaknya penting banget..” jawab ibunya santai.
“Bigini
bu, Aldo kan sudah lulus kuliah. Rencananya besok Aldo mau cari kerja
tambahan. Agar ibu tidak usah lagi bekerja jadi pembantu. Biar Aldo saja
yang kerja. ibu istirahat aja dirumah ya..” jelas ku pada ibu.
Ia tatap wajah ibunya. Ada guratan haru yang tampak dari kedua mata ibunya yang berkaca-kaca.
“Alhamdulillah… ternyata anak ibu sudah berubah. Tapi Aldo mau kerja apa.?
“Terserahlah
bu.. apa yang diberikan Allah nantinya. Yang penting kita usaha dulu..
Soalnya, Aldo tidak tahan melihat ibu pagi-pagi buta sudah pergi dan
malamnya baru pulang.. jawabnya.
Ia lihat mata ibunya. Ternyata air mata ibunya tak terbendung lagi. Tiba-tiba ibunya memeluk Aldo..
“Do… kalau ayahmu tahu, ia pasti bangga denganmu..”
“Sudahlah bu… Aldo kan udah besar. Biar Aldo yang gantikan tugas ayah.”
Ibunya menatap dalam wajah anaknya itu. Tangannya yang lembut memegang kedua pipi Aldo dengan hanyut terbawa haru.
Keesokan
harinya. Dia berangkat dengan restu ibunya. Ia langkahkan kedua kakinya
dengan semangat. Saat jumpa suatu perusahaan. Ia langsung masuki dan
mencoba melamar kerja. Tapi gayung belum bersambut. Ia ditolak. Dan
begitu juga selanjutnya. Ia terus mencoba tapi tetap dengan jawaban yang
sama.
Tak
terasa, hari pun berganti semakin terik. Keringat ditubuhnya
hampir-hampir membasahi pakaiannya. Saat ia duduk dihalte bis untuk
istirahat sejenak, terdengar dari kejauhan suara azan zhuhur
berkumandang ditengah hiruk pikuk kota.
Akhirnya
ia putuskan untuk menghadap sang ilahi dahulu sebelum melanjutkan
usahanya lagi. Usai sholat, ia bersimpuh dan bermunajat kepada sang
Ilahi. Lalu ia kembali menyusuri satu persatu perusahaan yang ada. Tapi
tetap dengan jawaban yang sama pula yakni tidak menerima lowongan.
“Rasanya
sudah dua belas perusahaan yang aku masuki, tapi tak ada satu pun yang
menerima lowongan. “Ya. Rabb.. Bantu aku ya rabb…” rintih batinnya.
Saat
melintasi gedung bertingkat yang lebih dari sepuluh lantai. Ia melihat
tulisan “Kencana Group” Sebenarnya ia sudah hampir menyerah, dan berniat
hendak pulang kerumah. Tetapi batinnya menolak. Dan akhirnya ia
putuskan untuk mencoba memasuki gedung itu dan melamar.
“Permisi Mbak… mau nanya, ruang personalianya dimana ya… tanya Aldo kepada gadis yang sibuk bersih-bersihkan kaca gedung itu.
Saat
gadis itu membalikkan tubuhnya dan menatap kepada Aldo. Tiba-tiba hati
Aldo bergetar dan matanya pun tak berkedip memandangnya. “Sungguh
mempesona..” Desah batinnya.
“Oh maaf.. mas masuk aja… Ntar tanya aja ke resepsionisnya.. Maaf ya mas, saya lagi sibuk.
“Oh tak apa.. makasih ya..” jawabnya dengan hati berbunga. “Sungguh halus budinya.” Desah batinnya lagi.
Sambil
masih menatap gadis itu. Aldo pun masuk. Sesampainya di resepsionis. ia
kembali teringat dengan gadis yang didepan tadi. Jiwanya hanyut dibawa
aroma pandangan pertama.
“Maaf mas, ada yang bisa kami bantu.” tanya petugas membuyarkan lamunannya.
“Oh
Maaf pak.. begini pak, saya mau ngajukan lamaran kerja pak.. apakah
masih ada lowongan pak.. tanyanya sambil menyodorkan map yang ia
pegang.”
“Oh maaf mas… disini lagi tidak menerima lowongan. Maaf mas ya…”
“Tapi pak… kerja apa saja saya mau kok pak..”
“Iya mas… tapi disini semuanya lagi penuh.. maaf ya mas..”
“Iyalah... terima kasih pak.. permisi..” jawabnya kecewa.
Hatinya
kembali hancur.. dadanya pun sudah berulang kali sesak menahan sabar
satu hari itu. rasanya ia ingin pulang saja, ingin rasanya ia curhat
pada ibunya. saat ia hendak melangkahkan kaki keluar. Tiba-tiba ada
suara yang memanggilnya.
“Mas..mas..”
Rupanya bapak yang tadi. Bapak itu mengatakan aku bisa bekerja di
perusahaan itu. tapi hanya bisa menjadi petugas cleaning servis. Karena
ada satu orang petugas cleaning servis yang mengundurkan diri hari itu,
katanya.
“Bagaimana mas… mau..?” tanya bapak itu.
“Iyalah.. saya mau.. yang penting halal pak..”
Aku pun bergegas pulang. Aku langsung cerita pada ibu. Saat kubilang jadi cleaning servis, mata ibu agak berkaca-kaca.
Tiba-tiba ibunya bertanya. Dan ada guratan kegelisahan yang tampak dari wajah ibunya itu.
“Dimana Aldo akan kerja nak…?
“Di perusahaan Kencana Group bu..” Jawabnya.
“Kencana Group…? ucap ibunya heran.
“Iya bu.. yang dijalan Yos Sudarso itu bu..
Sepertinya ada hal yang dirahasiakan ibunya. wajah ibunya langsung terlihat bingung. Sikap ibunya pun agak salah tingkah.
“Kenapa bu..” tanya Aldo.
“Oh.. tak apa Do.. tak ada apa-apa kok.” Baguslah.. Jawab ibunya terbata-bata..
Singkat
cerita, Aldo pun bekerja menjadi cleaning servis. Ia lalui hari demi
hari dengan sangat sibuk. Dari pagi hingga sore ia kerja jadi cleaning
servis dan bila badannya fit, malamnya ia kerja dikafe temannya untuk
cari tambahan.
Ditempat
kerja, akhirnya ia bisa kenalan dengan gadis yang memikat hatinya saat
melamar dulu. Karena satu profesi, ia pun saling dekat dan mengenal
akrab dengannya. Nama gadis itu Dina. Lama kelamaan, rasa cinta
dihatinya semakin tumbuh bersemi, tetapi rasa itu ia pendam dulu untuk
sementara. Karena ia rasa, ia belum mampu untuk berhubungan dengan
wanita dengan kondisi pekerjaan seperti itu.
Suatu
ketika, saat sedang asyik mengepel keramik di depan resepsionis, ia
dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita setengah baya. Yang baru masuk
dari pintu kaca kantor.
Ia
melihat ibunya, tapi ia heran dengan dandanan ibunya. Ibunya terlihat
rapi. Sama seperti gaya ibunya saat hidup mereka jaya dulu. Wajah ibunya
pun semakin terlihat cantik dengan gaun seperti itu. Ia bingung, ada
hal apa ibunya datang ketempat kerjanya dengan dandanan seperti itu.
Saat
berpapasan wajah. Ibunya berhenti dan terlihat gugup. Tapi tingkahnya
tetap tenang. Kami berdua berdiri agak lama dan saling menatap.
“Ibu…?” Ibu kan..” sapanya heran.
Tiba-tiba
pengawas kantor datang memarahinya dan menyuruh Aldo tidak berlaku
lancang. Dan memerintahkan Aldo untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Maaf bu… ini petugas baru.. ia belum kenal.” jelas pengawas pada ibunya.
“Pak.. bapak kenal dengan ibu saya..? tanyanya bingung.
“Tak apa pak.. biarkan kami berdua.” Jawab ibunya.
Aldo
bingung. kok bisa pengawas kenal dengan ibunya. Sepertinya ada hal yang
ia tak mengerti. Ada sesuatu yang jauh dari jangkauan pikirannya.
Belum
ada kata yang keluar bibir ibunya. Tiba-tiba ibunya mengambil hp dari
tas cantiknya. Dan menelpon dengan seseorang. Ia bertambah bingung
melihat ibunya mempunyai hp.
“Yah..! Ibu di bawah.. Ibu lagi sama Aldo nih. Kita selesaikan saja ya pa..” ucap ibunya di ponsel.
Kepala Aldo menggunung dengan kebingungan.
“Ayah…? dan apa yang diselesaikan..?“ suara bingung hatinya.
Aldo bertambah kaget melihat semua karyawan berkumpul dan menatap sosok lelaki setengah baya yang baru keluar dari lift.
“Ayaaaah……?” Aldo kaget.
“Ia anakku.. ini ayah.” sambut ayahnya.
“Loh kok..” suara Aldo terhenti saat ayahnya memeluk dengan haru.
“Aldo
anakku.. Ayah rindu padamu. Maafkan ayah ya… Ayah dan ibu terpaksa
melakukan semua rekayasa ini.” Ini semua demi masa depanmu. Dan demi
masa depan perusahaan ini, juga demi masa depan semua karyawan yang ada
disini.” Jelas ayahnya tenang.
Ia
coba menebak apa yang terjadi. Ia lepaskan pelukan ayahnya dan
ditatapnya wajah ayah dan ibunya. Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum
bangga. Ia lihat semua mata yang ada disitu tertuju pada mereka.
Termasuk Dina gadis pujaan hatinya.
“Ada apa ini yah… bu..? tanyanya heran bercampur haru.
“Nanti
ayah jelaskan semuanya. Yang jelas ayah lihat, Aldo sekarang sudah jauh
berbeda dengan Aldo yang dulu. Ayah bangga padamu. Kamulah satu-satunya
harapan ayah untuk meneruskan perusahaan ini. Dan inilah cara ayah dan
ibu untuk menciptakan rasa tanggung jawabmu dan juga merubah sifat
manjamu.” Jelas ayahnya sambil memeluk Aldo kembali dengan erat.
Akhirnya
Aldo pun mengerti dengan semua ini. Yang ia rasakan saat itu cuma
perasaan bahagia yang meluap. Ia pun bergegas bersujud syukur pada sang
ilahi… ALLAHU AKBAR….
0 komentar:
Posting Komentar